Sudahkah kita bangga kepada budaya Indonesia? Kalau merasa sudah,
bagaimana cara kita mengapresiasikannya? Namun, kebanyakan dari kita masih saja
acuh tak acuh terhadap budaya bangsa sendiri. Kalau saja kita lebih
melestarikan budaya bangsa mungkin budaya kita juga tidak akan diklaim oleh
negara lain. Bahkan dewasa ini, banyak generasi muda Indonesia yang lebih
tertarik dengan budaya barat yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Sebenarnya
kita patut malu pada warga asing yang mau belajar dan mendalami budaya
Indonesia. Mereka mau mengabdikan diri, berlatih siang dan malam hanya untuk
melestarikan budaya Indonesia. Mereka rela belajar tari-tari tradisional dari
Indonesia yang terkenal akan kerumitan gerakannya.
Ini dia salah
satu apresiasi bule-bule Amerika yang cinta Indonesia dengan memainkan angklung dalam salah satu acara di Ohio University at
Athens, Amerika Serikat. Mereka dipandu oleh pengajar bahasa Indonesia, Budi
Winurseto.
Di Amerika Serikat (AS), kajian Indonesia menjadi salah satu
kajian yang populer. Bermula dari riset keindonesiaan yang marak sejak tahun
1960-an, pada masa perang dingin, kajian Indonesia menjadi pintu gerbang untuk
mengenali Indonesia. Tak heran, jika banyak warga Amerika yang memendam asa dan
keinginan kuat untuk berkunjung ke Indonesia demi belajar kebudayaan,
memperdalam pengetahuan tentang sejarah, serta belajar pada komunitas.
Menurut salah satu mahasiswa di Ohio University, ia
menyatakan bahwa kebudayaan dan folklore Nusantara adalah sesuatu yang menarik
dari Indonesia. Ia menganggap Indonesia sebagai negeri yang paling unik, dengan
segala keanekaragaman budaya dan bahasa. Ia juga terkagum-kagum saat membaca
sejarah bangsa Indonesia yang berperang selama sekian abad demi melepaskan diri
dari belenggu penjajahan. Dia juga memuji kita sebagai anak Indonesia karena
telah lahir di satu bangsa dengan semangat dahsyat, yang tidak dimiliki oleh
semua bangsa.
Di Jepang, seni karawitan
adalah jenis hiburan berkelas tinggi. Masyarakat Jepang menikmati karawitan
karena harmonisasinya yang universal dan suaranya yang lembut di telinga. Orang
Jepang senang mendengarkannya karena mampu memberikan efek relaksasi dan
menghilangkan stress.
Hal yang menarik dari pertunjukan
gamelan di Tokyo ini adalah bahwa seluruh pemain gamelannya adalah orang Jepang
asli, kecuali satu orang dari Indonesia. Penampilan Grup Gamelan Lambangsari
yang telah berdiri sejak tahun 1985 ini sungguh luar biasa. Mereka memukau
sejak awal penampilannya, baik dari sisi komposisi langgam maupun cengkok
pesindennya yang terasa sangat sempurna. Junko Sahto, sang pesinden, adalah
orang Jepang asli lulusan Tokyo National University of Fine Art jurusan Soprano
Vocal. Ia membawakan langgam jawa dengan fasih dan indah.
Penampilan lain yang
mengesankan adalah tarian “Janoko” yang juga dibawakan oleh seorang Jepang.
Penari mampu membawakan lakon Arjuna tersebut dengan sempurna dan gerakan yang
menawan.
Sebagai orang Indonesia, ada
perasaan senang melihat seni tradisional bangsa kita dimainkan dengan sangat
sempurna oleh bangsa lain. Tapi di sisi lain, kita juga merasa malu karena
justru orang Jepang yang mempopulerkan seni gamelan ini di Jepang. Di negeri sendiri,
kadang anak-anak muda menganggap seni gamelan sebagai budaya kuno dan jadul. Apresiasi
anak-anak muda Indonesia pada seni karawitan dan tradisional Jawa juga terlihat semakin surut.
Oleh karena itu, penampilan grup
Lambangsari di Tokyo ini seolah menjadi sentilan bagi kita semua. Lambangsari,
yang seluruh anggotanya berkebangsaan Jepang, justru aktif memperkenalkan musik
gamelan pada masyarakat Jepang.
Dengan begitu tersohornya budaya Indonesia di kancah
Internasional, sekali lagi kita patut menanamkan kebanggaan pada tanah air yang
demikian kaya dengan khasanah tradisi dan kebudayaan. Para mahasiswa luar
negeri yang berperan sebagai pengkaji dan pemerhati Indonesia tersebut seolah
membisikkan rasa cinta serta keyakinan bahwa selalu ada harapan di tanah air.
Bahwa selalu ada cahaya yang memancar di tengah-tengah pekatnya pesimisme
banyak anak bangsa. Bahwa selalu ada embun sejuk di tengah rasa dahaga
ketidaktahuan kita sebagai warga negara tentang potensi besar yang sedang kita
miliki. Kita hanya butuh keberanian untuk menerabas benalu masalah, serta
menanam optimisme bahwa negeri ini bisa menggapai impian Bung Karno, sebagai
negeri yang menjadi mercusuar, cahayanya yang menyinari semua bangsa. Salam cinta budaya
Indonesia!!!.